Seni Teater Adalah – Sejarah, Contoh, Ciri, Jenis, Konsep

Jika berbicara mengenai seni teater, yang kita ingat pasti sebuah pertunjukan drama di dalam gedung di mana terdapat aktor dan properti pendukung, serta jalan ceritanya yang seru. Benar, kan? Itu tidak salah, karena sejatinya, teater dalam etimologi kata memang memiliki arti sebagai gedung pertunjukan. Tapi, jika menilik secara istilah, maka teater bisa diartikan sebagai pertunjukan di atas panggung untuk dinikmati penonton.

Seni-Teater-adalah

Pengertian Seni Teater

Seni teater adalah seni yang hanya bisa dinikmati hanya ketika pertunjukan sedang berlangsung. Keindahan yang dinikmati dari teater mencakup keindahan visual dan audio, berbeda dengan seni rupa yang hanya indah secara visual atau seni musik yang hanya indah secara audio.

  • Untuk pengertian seni teater dalam sudut pandang yang luas, teater dapat berarti sebagai pertunjukan peran yang dilakukan aktor tanpa memiliki/membaca naskah. Jadi, seluruh adegan yang dilakonkan oleh para aktor dilakukan dengan penuh improvisasi.
  • Seni teater dalam sudut pandang yang lebih sempit adalah pertunjukan panggung yang seluruh pemain dan jalan ceritanya telah disetting dengan naskah.

 

Tidak ada yang tahu bagaimana asal mula seni teater. Yang jelas, beberapa ahli membuat beberapa teori tentang asal mula seni teater, beberapa di antaranya adalah:

  • Berawal dari upacara keagamaan primitif, dimana diduga dalam upacara tersebut ada lakon yang mesti dimainkan. Meskipun agamanya tidak eksis lagi, tapi unsur teater masih tetap ditampilkan.
  • Berawal dari nyanyian untuk pahlawan atau orang berjasa yang telah meninggal dan kemuian ritual nyanyian tersebut berkembang menjadi teater
  • Berawal dari kegiatan bercerita yang berkembang menjadi teater.

Meskipun demikian, pada kenyataannya, sebuah naskah teater yang paling tua adalah naskah yang ditulis oleh seorang pendeta Mesir kuno, I Kher-nefert pada tahun2000 sebelum masehi. Naskah ini dikenal juga sebagai naskah Abidos.

Abidos sendiri adalah nama sebuah kota tempat sebuah teater ritual yang naskahnya ditemukan. Naskah ini sendiri bercerita tentang pertempuran antara dewa baik dan dewa buruk. Banyak ahli percaya bahwa teater ini sebenarnya telah sering dimainkan sejak 5000 SM, tapi baru dibuat dalam bentuk naskah pada 2000 SM.

Ini disimpulkan dari gambar di sebuah relief kuburan kuno yang mirip dengan jalan cerita naskah Abidos.

Berikut ulasan mengenai seni teater lebih lanjut.

Sejarah Seni Teater Dunia dan Cirinya

Perkembangan seni teater sebenarnya cukup signifikan. Sejarah teater dunia sendiri, dibagi lagi menjadi beberapa fase, yakni:

  • Teater Yunani Klasik
  • Teater Romawi Klasik
  • Teater Abad Pertengahan
  • Reanissance
  • Teater Abad 18
  • Teater Awal Abad 19
  • Teater Abad 20

1. Teater Yunani Klasik

 

Pada zaman Yunani Klasik sudah ada. Yunani Klasik bahkan memiliki gedung teater yang berbentuk melingkar dengan tempat duduk penonton yang berundak-undak yang disebut sebagai amphitheater. Gedung ini dibangun sekitar 2300 tahun lalu dengan bentuk permanen.

Ciri yang mengikuti sebuah pertunjukan teater kuno di zaman Yunani Klasik adalah:

  • Melakukan pertunjukan di Amphiteater
  • Sudah memiliki naskah pertunjukan
  • Seluruh peran dimainkan oleh laki-laki, bahkan untuk peran wanita mereka mengenakan topeng.
  • Biasanya pemain memerankan lebih dari satu tokoh
  • Jalan cerita yang sering dimainkan biasanya berisi kritikan kepada tokoh terkenal saat itu
  • Alur cerita yang biasa diambil adalah sebuah tragedi yang dikemas dalam citra yang menakutkan, tegang, menyedihkan, hingga lucu.
  • Tim produksi yang bekkerja di balik teater juga sudah cukup lengkap, di antaranya adalah koor (penyanyi), narator, dan penari.

Yunani Klasik juga memiliki beberapa penulis naskah yang terkenal pada masanya.  Beberapa di antaranya adalah:

  • Aeschylus (525 SM) dengan karyanya yang terkenal yaitu Trilogi Oresteia (Agamennon, The Libatian Beavers, dan The Furies.
  • Shopocles (496-406 SM) dengan karya Oedipus The King, Oedipus at Colonus, dan Antigone.
  • Euripides (484-406 SM) dengan naskah Medea, Hyppolitus, Cyclops, dan The Troyan Woman.
  • Aristhopanes (448-380 SM) dengan naskah drama komedinya, yakni Lysistrata, The Birds, The Frogs, The Wasps, dan The Clouds

2. Teater Romawi Klasik

 

Setelah masa Yunani klasik, tepatnya pada 200 SM pusat kesenian termasuk teater beralih ke Romawi klasik. Pertunjukan teater di Romawi dikenalkan oleh seniman Yunani bernama Livius Andronicus dan pertama kali ditampilkan pada 240 SM.

Meskipun secara umum teater yang di Romawi mirip dengan yang ada di Yunani, tetapi tetap memiliki ciri khasnya sendiri. Yakni:

  • Koor tidak lagi mengisi setiap adegan
  • Musik sebagai pelengkap setiap adegan
  • Musik menjadi tema sekaligus ilustrasi cerita
  • Karakteristik tokoh yang bergantung kelas
  • Jalan ceritanya cenderung lebih sederhana, seperti masalah orang tua dengan anak atau anak muda yang melawan kekuasaan orang tua
  • Latar yang digunakan adalah halaman rumah atau di dalam rumah

Selain keenam ciri di atas, teater Romawi Klasik juga memiliki 3 bentuk pertunjukan, yakni

  • Tragedi yang memiliki ciri:
    • Plot 5 babak
    • Suasana ketegangan yang tinggi
    • Dialog berbentuk sajak
    • Temanya berkaitan dengan kehidupan manusia dan alam ghaib
    • Menggunakan monolog
  • Farce (pertunjukan jenaka) pendek yang memiliki ciri
    • Selalu memiliki tokoh yang sama, biasanya berupa badut tolol bernama Maccus, tokoh yang tamak bernama Bucco, dan tokoh orang tua bodoh bernama Pappus
    • Plot cerita berupa penipuan lucu
    • Musik dan tari menjadi unsur penting
    • Latar kejadian selalu di desa
  • Mime yang masuk di Romawi Klasik pada 212 SM dengan ciri:
    • Memiliki banyak adegan lucu
    • Waktu pertunjukan yang singkat dan banyak menggunakan improvisasi
    • Pemain tidak menggunakan topeng
    • Tema berupa perzinahan

Sayangnya teater Romawi harus mengalami kejatuhan bersamaan dengan runtuhnya Romawi kuno oleh penyerangan. Teater Romawi Klasik terakhir kali terjadi pada tahun 533 M.

3. Teater Abad Pertengahan

Teater-Abad-Pertengahan

Teater pada abad ini sering kali diambil dari al-kitab dan ditampilkan di jalan-jalan. Berikut beberapa ciri teater abad pertengahan:

  • Teater dimainkan oleh mahasiswa dengan tema filsafat dan agama
  • Pertunjukan dilakukan di atas kereta yang dibawa berkeliling
  • Lirik dalam dialog agama menggunakan dialek
  • Tema drama biasanya berupa kepahlawanan
  • Ada pemungutan biaya
  • Tidak ada pengarang naskah ketika terjadi drama

4. Reanissance

 

Fase Reanissance muncul ketika semangat untuk menggali kembali kebudayaan Yunani dan Romawi muncul. Pusat aktivitas teater pada zaman ini terletak di istana dan gedung akademis Italia dengan naskah yang meniru teater klasik.

Ada 3 jalan cerita drama yang biasa dipakai di fase ini, yakni komedi, pastoral, dan tragedi. Ciri-ciri teater reanissance adalah:

  • Naskah yang meniru teater Yunani Klasik
  • Tema cerita berupa mitologi dan kehidupan sehari-hari
  • Busana dan setting lebih inovatif
  • Menggunakan panggung prosenium

5. Teater Abad 18

Pada abad ke 18, teater yang ada di dunia mulai terbagi dua. Di Prancis, pertunjukan teater dimonopoli oleh pemerintah. Secara khusus mereka hanya menampilkan teater yang bertema tragedi dan komedi. Sedangkan untuk teater bertema opera dan drama pendek selalu dibawakan oleh teater Italia.

Penulis besar teater yang hidup di abad ke 18 adalah Carlo Gozzi.

6. Teater Abad 19 dan Realisme

Teater-Abad-19-dan-Realisme

Pada teater di abad 19, ciri yang paling menonjol adalah tema yang diambil selalu tema romantis. Di sinilah naskah-naskah Shakspeare dianggap sebagai mahakarya dan mulai diperkenalkan kepada dunia.

Sedangkan realisme mulai muncul dipenghujung abad 19, tepatnya ketika teknologi mulai maju. Ciri utama yang menandai teater zaman realisme adalah dialog yang tidak lagi dibuat puitis. Dalam teater realisme yang akan mengantarkan ke fase teater modern, semua lakon dan dialog yang ada di dalam naskah dibuat sedekat mungkin dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.

7. Teater Abad 20

Teater di abad ini sudah mengalami kemajuan. Pementasan teater sudah dilakukan di gedung-gedung modern dengan menggunakan teknologi sebagai tambahan properti. Pencahayaan, efek khusus, sampai ke detail terkecilnya jadi lebih rapi dan tersusun. Teater di abad 20 bisa kita lihat di zaman sekarang.

Sejarah Teater Indonesia dan Cirinya

Sedangkan untuk sejarah teater Indonesia, dibagi lagi menjadi:

  • Teater Tradisional
  • Teater Transisi
  • Teater Indonesia tahun 1940-an
  • Teater Kontemporer

1.Sejarah Teater Tradisional

Teater tradisional di Indonesia dimulai pada zaman kerajaan Hindu. Buku Mengenal Teater Tradisional Indonesia yang ditulis Kasim Ahmad mengatakan teater di zaman itu untuk mendukung ritual keagamaan.

Tapi saat itu, yang berkembang bukanlah sebuah teater yang utuh, melainkan bentuk kesenian lain yang mengandung unsur-unsur teater. Contoh kesenian yang mengandung unsur teater dan menjadi cikal bakal teater di masa depan adalah kesenian wayang kulit.

2. Teater Transisi

Ciri yang paling menonjol dari teater transisi adalah dengan adanya naskah yang ditulis. Hanya saja, pada saat itu naskah yang ditulis masih berupa outline story. Tapi, pertunjukannya sudah mulai menggunakan panggung dan dekorasi.

Teater pada zaman ini masih dipengaruhi oleh teknik teater dari barat. Terutama dari Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Tadi, di fase transisi ini mereka belum mengenal istilah teater. Setiap pertunjukan yang mereka lakukan selalu disebut dengan sandiwara.

3. Teater Indonesia tahun 1940-an

Pada masa ini perjuangan untuk mendirikan teater Indonesia sedikit terhambat karena adanya invasi Jepang ke Indonesia. Tetapi masyarakat sudah mulai mengenal teater modern.  Teater-teater yang disokong pada masa itu adalah teater terkenal dan diberi naskah cerita baru untuk kepentingan propaganda Jepang.

4. Teater Kontemporer Indonesia

Seniman kontemporer Indonesia muncul karena adanya eksponen 70 seni teater. Masa ini dimulai pada tahun 1940-an dimana mulai muncul gaya baru dan berbagai inovasi baru dalam dunia teater di Indonesia.

Unsur Seni Teater

 

Unsur seni teater sendiri dibagi menjadi dua bagian, yakni unsur internal dan eksternal. Berikut beberapa unsur internal yang ada di dalam seni teater:

  • Naskah
  • Aktor
  • Sutradara
  • Pentas
  • Kostum
  • Dekorasi

Sedangkan beberapa unsur eksternalnya adalah sebagai berikut:

  • Staf produksi
  • Direktori
  • Stage manager
  • Desainer
  • Crew

Jenis Seni Teater

Ada bermacam-macam seni teater yang berlaku di seluruh dunia dan bukan hanya dalam bentuk lakon yang dilakukan manusia. Berikut beberapa jenis seni teater yang biasa ada:

1.Teater Boneka

Yang pertama adalah teater boneka. Biasanya, teater boneka digunakan untuk menceritakan sebuah legenda dan alur cerita yang religius. Jenis-jenis boneka yang bisa digunakan dalam teater biasanya boneka tangan, boneka tongkat yang dikendalikan dari bawah, dan boneka tali.

2. Teater Dramatik

Detail yang sangat diperhatikan dalam teater dramatik adalah perubahan psikologi lakonnya. Dalam drama ini tidak bisa dilakukan improvisasi dan harus sesuai dengan alur cerita. Aksi yang dilakukan oleh setiap aktor yang bermain harus menonjol dengan jalan cerita yang berkaitan agar penonton tidak bosan pada pementasannya.

3. Teater Gerak

Unsur utama yang ada di dalam teater ini adalah ekspresi sekaligus gerakan dari aktor yang memainkan teater ini. Teater ini biasanya tidak memiliki banyak dialog, bahkan tidak ada sama sekali. Contoh teater ini adalah pantonim.

4. Teatrikalisasi Puisi

Ciri utama dari teater ini adalah cerita yang berdasarkan pada puisi. Dalam hal ini, biasanya puisi dibacakan dengan gaya yang teatrikal. Dan bahkan, akan ada orang yang akan memerankan adegan yang ada di dalam puisi tersebut.

5. Drama Musikal

Teater ini menggabungkan antara seni peran, seni tari, dan seni musik sekaligus. Drama ini sangat menarik karena mengandung nyanyian dan tarian. Bahkan, dibanding dialognya, drama ini lebih mementingkan unsur akting, tarian, dan musik yang digunakan saja.

Nilai-nilai dalam Seni Teater

Dalam seni teater, ada nilai-nilai yang dapat diambil. Beberapa di antaranya adalah:

  • Nilai pendidikan, baik pendidikan secara langsung mau pun secara moral. Dalam teater biasanya mengandung banyak pesan dan nilai moral yang mencerminkan kehidupan sehari-hari.
  • Nilai Sejarah bagi teater yang mengangkat tema cerita berkenaan dengan sejarah.
  • Nilai Budaya, dimana teater yang ditampilkan mengandung unsur budaya daerah tertentu.
  • Nilai Religius yang biasanya erat dalam seni teater. Karena banyak teater yang mengandung unsur-unsur yang erat dengan hubungan kepada tuhan.

Konsep dalam Seni Teater

Konsep-Seni-Teater

Yang dimaksud dengan konsep dalam seni teater adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan apresiasi dan kreasi yang terdapat dalam teater. Aspek-aspek yang biasanya ada dalam konsep seni teater ini adalah sastra, gerak, tari, musik, rasa, dan berbagai kreasi seni teater.

  • Pengolahan Rasa dalam teater adalah berupa pengolahan dalam mengekspresikan suatu perasaan tertentu.
  • Pengolahan Pikir yang berkaitan dengan kegiatan memahami logika dalam proses kehidupan yang diperankan di teater.
  • Pengolahan Tubuh ini dimaksudkan untuk mengolah keluwesan gerak dalam memahami dan melakonkan ekspresi dari dalam teater.
  • Seni Sastra adalah konsep terpenting dalam seni teater, bahkan termasuk yang paling utama karena berkaitan dengan naskah.
  • Seni Gerak juga merupakan konsep paling dasar dalam teater. Dimana gerakan demi gerakan yang dilakonkan aktor teater harus mengandung nilai seni agar terjaga keindahannya.
  • Seni Tari dan Musik yang akan melengkapi suasana yang dibangun dalam sebuah drama.

Karakteristik Teater yang Ada di Indonesia

Ada 4 teater yang berkembang di Indonesia, yakni teater tradisi rakyat, teater klasik/keraton, teater barat, dan teater modern.

Berikut beberapa karakteristik teater yang ada di Indonesia:

Teater Tradisi Rakyat

  • Lahir dan berkembang di kalangan rakyat
  • Pementasannya sesuai dengan budaya tertentu, biasanya menggunakan bahasa daerah.
  • Mengandung budaya lokal
  • Menggunakan dialek setempat
  • Selalu memiliki unsur lawak
  • Memiliki unsur lagu dan musik
  • Dilakukan spontan
  • Pentas di tempat terbuka

Teater Klasik dan Keraton

  • Cerita harus sesuai pakem
  • Jalan cerita yang diambil tentang kerajaan dan istana
  • Mengandung mitos

Teater Barat

  • Bersumber dari teater Yunani dan Romawi
  • Berkembang di Indonesia sejak penjajahan Belanda
  • Mengambil sumber dari karya klasik sastrawan dunia
  • Menggunakan tata panggung proscenium
  • Bergaya realistis

Teater Modern Indonesia

  • Teater ini tumbuh di zaman penjajahan Jepang
  • Pendiri sandiwara penggemar “maya” adalah Usman Ismail, D. Djajakusumah, Rosihan Anwar, dan Dr. Abu Hanifah
  • Mulai berkembang pesat setelah muncul ASDRAFI
  • Menggunakan gaya realisme, dan realis
  • Akhir abad XX berkembang gaya absurdisme( absurd berarti irasional, tak masuk akal, menyimpang dari logika)

Contoh dan Kliping Seni Teater

Ada  beberapa teater yang cukup terkenal di Indonesia dan didirikan oleh beberapa sastrawan terkemuka di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah

  • Bengkel Teater Rendra

Bengkel-Teater-Rendra

  • Pentas Teater Populer

 

  • Teater Koma

 

  • Bengkel Muda Surabaya

Bengkel-Muda-Surabaya

Jadi, perkembangan seni teater di Indonesia dan di dunia sedikit memiliki perkembangan yang berbeda. Di Indonesia sendiri, seni teater mulai berkembang di zaman kerajaan Hindu dan penjajahan Belanda, sedangkan di dunia dimulai sejak sebelum masehi.

Itulah beberapa pengetahuan mengenai Sejarah, Contoh, Ciri, Jenis, Konsep, Kliping, dan unsur dalam teater. Teater sendiri sering dipentaskan di panggung-panggung, bahkan dalam perkembangan terbarunya, ada juga teater jalanan yang dapat dinikmati di tepi jalan.

 

Baca juga: